Menurut pengamat Timur Tengah, Muhammad Jafar, kudeta ini kembali
menandai praktek politik yang sudah terbiasa di Mesir. Di Mesir, militer
selalu memiliki hasrat untuk berkuasa, dan Husni Mubarok juga menjadi
contoh dari hasil kudeta militer yang akhirnya berkuasa.
"Apapun alasannya, kudeta ini tidak bisa dibenarkan. Ini tanda
kemunduran Revolusi dan kemunduran demokrasi," kata Jafar kepada Rakyat
Merdeka Online beberapa saat lalu (Kamis, 4/7).
Kekuasaan di Mesir, lanjut Jafar, tidak pernah atau sulit diberikan
kepada kelompok sipil. Dan kini akan sangat tergantung apakah militer
akan membiarkan kekuasaan kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Mesir untuk
menggelar pemilu, atau justru akan melakukan hal yang sama di masa lalu,
dan militer kembali berkuasa.
"Mesir memiliki tradisi politik militeristik yang kuat," demikian Jafar.
*www.rmol.co/read/2013/07/04/117119/1/Kudeta-Militer-atas-Morsy-Tanda-Kemunduran-Revolusi-dan-Demokrasi