Kairo. Ikatan mahasiswa Al-Azhar menolak keterangan
pers Grand Syeikh berkaitan dengan jatuhnya ratusan korban jiwa dan ribuan
korban luka-luka akibat tindakan represif pemerintah kudeta.
Menanggapi keterangan pers tersebut, ikatan mahasiswa
menuntut beliau mengundurkan diri dari jabatannya. Hal ini disampaikan dalam
sebuah siaran pers mereka. Penggantinya nanti diharapkan bisa memimpin
fungsi-fungsi Al-Azhar, dan menjaga kewibaannya dalam mengemban amanah dakwah
sepanjang masa. Seorang syeikh yang bisa melarang dijadikannya atap-atap gedung
Al-Azhar sebagai tempat aksi sniper membantai para demonstran damai.
Seperti diketahui, setelah Grand Syeikh menyetujui ajakan
demonstrasi besar-besaran untuk memberi mandat pembasmian apa yang mereka sebut
teroris, kini gedung-gedung Universitas Al-Azhar di Nasr City dijadikan menara
penembakan para demonstran.
Dalam keterangan mereka, ada tiga mahasiswa Al-Azhar yang
turut menjadi korban jiwa. Mereka adalah Muhammad Gamal Al-Bahi (tingkat 3
fakultas perdagangan), Ahmad Ismail (tingkat 1 fakultas perdagangan) dan Islam
Muhammad Zamrani (tingkat akhir fakultas teknik). Selain mereka, ada juga
seorang dosen fakultas syariah dan perundangan, Ahmad Bahgat ‘Assaf. Mereka
menanyakan, apakah ini Islam yang dianut Grand Syeikh, membolehkan anak
didiknya dibunuhi dari atas gedung-gedung perkuliahannya? (msa/sbb/dkw)