GuidePedia

0

Nah ini dia yang lagi viral dan tren internasional, yaitu netizen sedang kepo abis terkait Profil 7 Pemimpin Taliban dan Kekuatan Militer Pemerintahan Afghanistan 2022 yang kini sudah berubah nama menjadi Nagara Emirat Islam Afghanistan, Pasukan tangguh yang diprediksi akan mampu membebaskan Al-Aqso Palestina dan dunia Islam yang didzolimi, benarkah ?

Bahkan Ust Zulkifli, MA menyebutnya sebagai Pasukan Imam Mahdi yang akan mengibarkan panji Rosululloh yang diprediksi akan mampu membebaskan Al-Aqso Palestina dan dunia Islam yang didzolimi, (lihat dan klik di ALLAHU AKBAR !!! PASUKAN T4LIB4N SIAP BEBASKAN AL AQSA ~ Ustadz Zulkifli MA)

Dikutip dari The Guardian, dipredikesi kekuatan jumlah pasukan Taliban yang kini menjadi tentara Nasional Nagara Emirat Islam Afghanistan berkisar 80.000 orang. Tentara mujahidin ini akan mengantikan tentara bentukan pemerintah boneka bentukan Amerika pimpinan presden Ashraf Ghani yang kalah dan kabur ke luar negeri.

Puluhan ribu pejuang tentara mujahid Nagara Emirat Islam Afghanistan lebih terampil menggunakan sosial media dan a AK-47 serta berbagai senjata modern lainnya peninggalan Amerika dan Unisoviet. Mereka akan terus mengembangkan kemampuan para pejuang, mereka professional, setia, tangguh dan tak takut mati.

Melansir Atlantic Council, Pasukan pejuang Taliban Nagara Emirat Islam Afghanistan memiliki konsep seni operasional membentuk cetak biru untuk kampanye militer yang menerjemahkan tujuan dan strategi politik ke dalam tindakan taktis di medan perang. Sebuah kelompok tidak perlu mempelajari Clausewitz dan sejarah militer Barat, atau menghadiri perguruan tinggi staf militer modern, untuk mengembangkan seni semacam itu. Seperti yang telah ditunjukkan oleh Taliban, mereka hanya perlu mengandalkan teori kemenangan yang menyeluruh untuk memandu tindakannya. Teori militer Amerika dan Barat terpatahkan dan terkalahkan dengan konsep militer Pejuang Nagara Emirat Islam Afghanistan.

Melansir BBC bulan Agustus 2021 Ada tiga faktor yang menyebabkan mengapa tentara pejuang santri (Taliban) sangat kuat dan akan mampu mengalakan tentara manapun yang mengagunya.

1. Faktor pertama adalah Kuatnya ideology pejuang santri (Taliban) dan Rapuhnya pemerintah bentukan Amerika pimpinan presiden boneka Ashraf Ghani yang kalah dan kabur ke luar negeri. Presiden boneka Amerika ini diyakini oleh para akademisi, santri, ulama dan mayoritas rakyat Afghanistan, sebagai Pemerintahan yang penuh dengan praktek korupsi, kolusi, nepotisme, buzzer berbayar, dan prsiden boneka penuh kebohongan dan kebencian kepada syariat Islam. Maka tidak heran jika tentara pejuang santri (Taliban) membuat ibu kota Afghanistan, Kabul, jatuh hanya dalam tempo 10 hari. Ternyata dukungan penuh Amerika kepada pemerintah Ashraf justru mempecepat jatuhnya presiden boneka ini.

Memang tidak masuk logika para pengamat militer barat, bagaimana Pasukan keamanan Afghanistan berjumlah lebih dari 350.000 orang pimpinan presiden boneka Amerika ini bisa dikalahkan oleh 80.000 tentara santri. Kemana nyali dan kekuatan senjata angkatan darat, udara, serta kepolisian Afghanistan yang didukung Amerika ini ? Tenyata Tentara dan polisi gendut Afghanistan ini punya riwayat buruk perihal kematian yang tinggi, desersi, serta korupsi yang merajalela. Sejumlah komandan tak bermoral meminta anggaran yang diklaim untuk pasukannya, namun sebenarnya prajurit-prajurit itu tidak pernah ada. Praktik ini disebut "tentara hantu". Dalam laporan terbarunya kepada Kongres AS, Inspektur Jenderal Khusus untuk Afghanistan (SIGAR) menyatakan, "Keprihatinan serius tentang efek korupsi yang merusak... dan pertanyaan keakuratan data mengenai kekuatan pasukan yang sebenarnya".

Jack Watling dari Royal United Services Institute mengatakan, bahkan Angkatan Darat Afghanistan tidak pernah yakin berapa banyak pasukan yang sebenarnya mereka miliki. Selain itu, dia mengungkapkan, ada persoalan dengan perawatan alat pertahanan dan moral. Pasukan sering dikirim ke wilayah di mana mereka tidak memiliki hubungan suku atau keluarga. Inilah salah satu alasan mengapa beberapa orang kemungkinan begitu cepat meninggalkan posnya tanpa melakukan perlawanan.

Lalu mengapa Taliban begitu kuat? Jawaban para pakar bahkan kekuatan Taliban lebih sulit diukur. Menurut Pusat Pemberantasan Terorisme AS di West Point, ada perkiraan yang memperlihatkan kekuatan inti kelompok Taliban berjumlah 60.000 orang. Dengan tambahan kelompok milisi dan pendukung lainnya, jumlah mereka bisa melebihi 200.000 personel. Akan tetapi, Dr Mike Martin mantan perwira tentara Inggris yang menguasai bahasa Pashto dan menelusuri sejarah konflik di Helmand dalam bukunya, An Intimate War, memperingatkan terlalu berbahaya mendefinisikan Taliban sebagai satu kelompok monolitik. Sebaliknya dia menerangkan, "Taliban lebih mendekati sebuah koalisi longgar dari para pejuang independen, dan kemungkinan besar bersifat sementara, sangat berafiliasi keyakinan satu sama lain."

Dia mencatat bahwa pemerintah Afghanistan juga terbelah oleh berbagai kepentingan faksi-faksi di tingkat lokal. Sejarah perubahan di Afghanistan menggambarkan betapa keluarga, suku, bahkan pejabat pemerintah mengalihkan dukungannya, acap kali untuk memastikan kelangsungan hidup mereka sendiri.

Faktor kedua Kuatnya penguasaan Senjata tentara santri (Taliban) dan Lemahnya mental spiritual dan kompetensi tentara Presidin Ashraf boneka Amerika.

Pemerintah Afghanistan pimpinan Presiden Ashraf boneka Amerika sejatinya memiliki keuntungan baik dari segi pendanaan maupun persenjataan. Mereka diguyur miliaran dollar AS guna membayar gaji dan peralatan pertahanan, yang sebagian besar diberikan Amerika Serikat. Dalam laporan Juli 2021, SIGAR mengatakan, lebih dari 88 miliar dollar AS (Rp 1,26 kuadriliun) telah dihabiskan demi keamanan Afghanistan. Akan tetapi, data tersebut menambahkan, "Pertanyaannya, apakah uang itu dihabiskan dengan baik, yang pada akhirnya, akan dijawab oleh apa yang dihasilkan dari pertempuran di lapangan.

Angkatan Udara Afghanistan harus membuktikan keunggulannya dalam situasi kritis di medan pertempuran. Namun, mereka harus berjuang demi mempertahankan dan mengawaki 211 pesawatnya, di mana persoalannya makin parah, karena Taliban sengaja menargetkan para pilot. Mereka juga tidak mampu memenuhi tuntutan dari komandan di lapangan. Karenanya, ada keterlibatan Angkatan Udara AS baru-baru ini di kota-kota seperti Lashkar Gah yang ketahuan mendukung penuh Presidin Ashraf boneka Amerika dalam militer Agfanistan, ketauan sesudah kota ini dikuasai oleh Taliban.

Taliban sering kali mengandalkan pasokan dananya dari Pakistan. Taliban juga mendapat senjata dari hasil sitaan dalam pertempuran dengan pasukan keamanan Afghanistan. Rata tara senajata itu hasil pasokan AS - termasuk kendaraan Humvee, piranti teropong malam, senapan mesin, mortir dan peralatan artileri.

Taliban sudah menunjukkan dapat mengalahkan kekuatan yang jauh lebih canggih. Bayangkan efek mematikan dari bom rakitan Improvised Explosive Device (IED) dengan target pasukan AS dan Inggris. Faktor ini serta pengetahuan lokal dan pemahaman tentang medan perang, turut menjadi alasan kenapa Taliban susah terkalahkan.

Faktor ketiga adalah Taliban Fokus Area Pertempuran. Pasukan pejuang Taliban ini sangat focus pada wilayah utara dan barat Terlepas dari karakter kelompok Taliban yang berbeda, ada beberapa hal yang membuktikan bahwa mereka memiliki rencana terkoordinasi terkait kemajuan mereka belakangan ini. Ben Barry, mantan pimpinan tentara Inggris dan saat ini menjadi penasihat senior di Institute of Strategic Studies, mengakui keuntungan Taliban mungkin bersifat oportunistik. Meski begitu, dia menambahkan, "Jika Anda menulis rencana operasi, saya akan kesulitan untuk menemukan sesuatu yang lebih baik dari ini."

Dia menunjuk fokus serangan Taliban di wilayah utara dan barat, padahal wilayah itu bukan kantong kekuatan tradisional mereka di selatan, yang mana beberapa ibu kota regional berturut-turut jatuh ke tangan mereka. Taliban juga merebut kawasan penyeberangan perbatasan dan pos-pos pemeriksaan utama, yang memasok pendapatan bea cukai yang sangat dibutuhkan dari pemerintah Afghanistan karena minus anggaran. Mereka juga meningkatkan target aksi pembunuhan terhadap para pejabat penting, aktivis hak asasi manusia, dan para jurnalis. Perlahan tapi pasti mereka memusnahkan beberapa keuntungan kecil yang dibuat selama 20 tahun terakhir.

Adapun tentang strategi pemerintah Afghanistan dalam menghadapi Taliban, terbukti lebih sulit untuk didefinisikan. Janji mereka untuk merebut kembali semua wilayah yang direbut Taliban terdengar omong kosong belaka. Sebab, pasukan khusus Afghanistan diwilayah itu jumlahnya relatif kecil, yaitu sekitar 10.000 personel, dan mereka tidak mampu melakukan perlawanan. Taliban juga tampaknya memenangi perang propaganda dan pertempuran narasi.

Barry mengatakan, momentum mereka di medan perang telah meningkatkan moral dan menguatkan rasa persatuan. Sebaliknya, pemerintah Afghanistan berada dalam kondisi tertekan, saling adu sikut, dan memecat para jenderalnya. Bakal seperti apa akhir perseteruan ini? Situasi seperti itu tentu saja terlihat suram bagi pemerintah Afghanistan. Namun, Jack Watling dari RUSI mengatakan, ketika untuk sementara militer Afghanistan terlihat semakin pesimistis, situasinya masih bisa diselamatkan oleh politik. Jika pemerintah bisa merangkul para pemimpin suku, katanya, masih ada kemungkinan di tengah kebuntuan. Ini adalah pandangan yang digaungkan Mike Martin, dengan menunjuk kasus kembalinya mantan panglima perang Abdul Rashid Dostum ke kota Mazar-i-Sharif sebagai momen penting.

Pertempuran di musim panas akan segera berakhir saat musim dingin mulai menggantikannya, yang membuat manuver lebih sulit bagi pasukan di lapangan. Tampaknya upaya AS dan NATO untuk membawa membentuk pemerintahan boneka di Afghanistan, sama sia-sianya, dengan apa yang dilakukan Soviet sebelumnya. AS dan negara-negara sekutu NATO - termasuk Inggris - telah menghabiskan sebagian besar waktu dan dana dalam 20 tahun terakhir untuk program pelatihan dan memperlengkapi pasukan keamanan Afghanistan. Hasinya sangat mengecewakan dan memalukan. Tak terhitung para jenderal Amerika dan Inggris mengeklaim telah membentuk tentara Afghanistan yang lebih kuat dan cakap. Janji-janji itu terlihat seperti omong kosong pada hari-hari ini.

Kekuatan Taliban

Pasukan kelompok Taliban sudah menggelar parade militer di Kabul, Nagara Emirat Islam Afghanistan, pada Minggu (14/11/2021). Mereka bertransformasi dari pasukan pejuang kemerdekaan menjadi tentara tetap semenjak mengalahkan kekuasaan negara tersebut pertengahan Agustus lalu dari Negara boneka bentukan dan dukungan Amerika dan NATO.

"Pawai itu terkait dengan kelulusan 250 tentara yang baru dilatih," kata juru bicara kementerian pertahanan Afghanistan dari Taliban, Enayatullah Kwarazmi, dikutip dari Reuters, Senin (15/11/2021).

Latihan tersebut melibatkan lusinan kendaraan keamanan lapis baja M117 buatan Amerika Serikat (AS) yang melaju perlahan di jalan utama Kabul dengan helikopter MI-17 buatan Rusia berpatroli di atasnya. Banyak tentara membawa senapan serbu M4 buatan Amerika.

Setelah berhasil meruntuhkan pertahanan Afghanistan, Taliban mendapat rampasan perang berupa aset militer utama dan beroperasi dengan menggunakan persediaan besar senjata serta peralatan yang ditinggalkan oleh bekas pemerintahan yang didukung Barat.

Sebagian besar senjata dan peralatan yang kini digunakan Taliban buatan AS. Seharusnya peralatan tersebut menjadi upaya untuk membangun kekuatan nasional Afghanistan yang mampu memerangi Taliban, namun kini justru yang milik taliban.

Pejabat Taliban mengatakan bahwa pilot, mekanik dan spesialis lain dari mantan Tentara Nasional Afghanistan akan diintegrasikan ke dalam pasukan baru. Mereka juga mulai mengenakan seragam militer konvensional, menggantikan pakaian tradisional Afghanistan yang biasanya dikenakan oleh para pejuang mereka.

Menurut laporan akhir tahun lalu oleh Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afghanistan (Sigar), pemerintah AS mentransfer ke pemerintah Afghanistan lebih dari US$ 28 miliar artikel dan layanan pertahanan. Ini termasuk senjata, amunisi, kendaraan, perangkat penglihatan malam, pesawat, dan sistem pengawasan, dari tahun 2002 hingga 2017.

Berikut Profil 7 Pemimpin Taliban yang diprediksi mampu membebaskan Al-Aqso Palestina 2022 ?

Kelompok Taliban telah menunjuk Mullah Mohammad Hasan Akhund sebagai pemimpin pemerintahan interim mereka, Selasa, 7 September 2021. Penunjukan terjadi hampir tiga pekan usai Taliban menguasai Afghanistan pada 15 Agustus 2021.

Syeikh Akhund merupakan salah satu tokoh pejuang yang dimasukan dalam daftar sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pimpinan Amerika dan Sekutu, dan sejak lama menjabat posisi kepala Rehbari Shura, atau dewan kepemimpinan Taliban.

Saat Taliban berkuasa di Afghanistan pada 1996-2001, Akhund pernah menjabat sebagai menteri luar negeri dan deputi perdana menteri.

Dalam sebuah konferensi pers di Kabul, dilansir dari laman Al Jazeera, juru bicara Zabihullah Mujahid mengatakan bahwa salah satu pendiri Taliban, Abdul Ghani Baradar, akan menjadi deputi pendamping Akhund.

Seperti banyak tokoh di jajaran petinggi Taliban, nama besar Akhund didapat dari kedekatannya dengan pemimpin pertama kelompok tersebut, Mullah Mohammad Omar. Akhund berasal dari Kandahar, tempat kelahiran Taliban.

Sebuah laporan daftar sanksi PBB mendeskripsikan Akhund sebagai "kolega dekat dan penasihat politik" Omar.

Akhund sangat dihormati di Taliban, terutama oleh pemimpin agungnya, Haibatullah Akhunzada. Sejumlah pengamat memandang Akhund, diyakini berusia 60-an tahun atau lebih tua lagi, sebagai tokoh politik ketimbang religius. Posisinya sebagai kepala dewan kepemimpinan membuat Akhund juga berpengaruh dalam urusan militer.

Garis keturunan Akhund berasal dari Ahmad Shah Durrani, pendiri Afghanistan modern. Akhund memainkan peranan krusial dalam jajaran kepemimpinan di Rehbari Shura, atau biasa juga disebut Quetta Shura.

Dewan kepemimpinan tersebut dibentuk usai Taliban dikudeta dari kekuasaan oleh invasi Amerika Serikat dan sekutunya di tahun 2001. Menurut keterangan beberapa sumber, Akhund merupakan penulis sejumlah literatur Islam.

Dalam sebuah konferensi pers di Kabul, dilansir dari laman Al Jazeera, juru bicara Zabihullah Mujahid mengatakan bahwa salah satu pendiri Taliban, Abdul Ghani Baradar, akan menjadi deputi pendamping Akhund.

Seperti banyak tokoh di jajaran petinggi Taliban, nama besar Akhund didapat dari kedekatannya dengan pemimpin pertama kelompok tersebut, Mullah Mohammad Omar. Akhund berasal dari Kandahar, tempat kelahiran Taliban.

Sebuah laporan daftar sanksi PBB mendeskripsikan Akhund sebagai "kolega dekat dan penasihat politik" Omar.

Akhund sangat dihormati di Taliban, terutama oleh pemimpin agungnya, Haibatullah Akhunzada. Sejumlah pengamat memandang Akhund, diyakini berusia 60-an tahun atau lebih tua lagi, sebagai tokoh politik ketimbang religius. Posisinya sebagai kepala dewan kepemimpinan membuat Akhund juga berpengaruh dalam urusan militer.

Garis keturunan Akhund berasal dari Ahmad Shah Durrani, pendiri Afghanistan modern. Akhund memainkan peranan krusial dalam jajaran kepemimpinan di Rehbari Shura, atau biasa juga disebut Quetta Shura.

Dewan kepemimpinan tersebut dibentuk usai Taliban terdepak dari kekuasaan oleh invasi Amerika Serikat di tahun 2001. Menurut keterangan beberapa sumber, Akhund merupakan penulis sejumlah literatur Islam.

Akhund dekat dengan Akhundzada dan diyakini dia dipilih sebagai kandidat menyusul perbedaan pendapat antara faksi-faksi yang berbeda dari kelompok militan.

Associated Press mengatakan, Akhund memimpin pemerintahan Taliban di Kabul selama tahun-tahun terakhir pemerintahannya sebelum invasi AS pada 2001.

Sementara itu, Reuters mengatakan, dia adalah rekanan pendiri Taliban, yaitu Mullah Mohammed Omar, yang tewas pada tahun 2013.


2. Sheikh Hibatullah Akhundzada - pemimpin Imarah Islam Afghanistan

Pemimpin Taliban, Hibatullah Akhundzada. (Afghan Islamic Press via BBC)

Komandan tertinggi Taliban, yang ditunjuk Emir dan komandan umat, belum terlihat di depan umum sejak Taliban merebut kekuasaan di Kabul.

Menurut pernyataan dewan kepemimpinan, Akhundzada akan mengambil peran Amir-ul-Muminin Syaikh-ul-Hadith, atau pemimpin Emirat.

Tidak diketahui peran apa yang akan dia miliki dalam pemerintahan sehari-hari negara itu.

Merupakan seorang mantan anggota mujahidin yang menentang invasi Soviet, Akhundzada menjadi salah satu anggota awal Taliban pada tahun 1994.

Ia memegang beberapa jabatan selama periode kekuasaannya, terutama dalam membimbing arah agama dan mempromosikan "kebajikan".

Setelah invasi AS pada tahun 2001, ia menjadi hakim agung di pengadilan Syariah organisasi tersebut dan menjadi penasihat Mullah Omar.


Dia dilaporkan tetap berada di Afghanistan selama periode kekuasaan kelompok itu dan menyelesaikan banyak perselisihan dalam kelompok dengan fatwa.

Setelah pembunuhan pemimpin kedua kelompok itu, Mullah Mansour, oleh serangan pesawat tak berawak AS pada tahun 2016, Akhundzada diangkat sebagai pemimpin, tapi dia mungkin juga aktif di Pakistan.

Terakhir kali dia terdengar adalah pada Mei, pada Idul Fitri, ketika dia berbicara melalui juru bicara Taliban, menurut surat kabar Tribune Pakistan.

Ia mendesak warga Afghanistan bersatu untuk pembangunan kembali tanah air dan menjanjikan sistem Islam inklusif, tanpa risiko hak-hak yang dilanggar.

3. Mullah Abdul Ghani Baradar - wakil perdana menteri

Foto ini diambil pada 29 Februari 2020, menunjukkan salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar berbicara pada upacara penandatanganan perjanjian AS-Taliban di ibukota Qatar, Doha. (KARIM JAAFAR / AFP)

Baradar, yang sebelumnya dipandang sebagai pemimpin politik kelompok itu, akan menjadi salah satu dari dua wakil Akhund, bersama dengan Abdul Salam Hanafi.

Baradar telah menjadi tokoh kunci dalam negosiasi yang mengarah pada kesepakatan dengan pemerintahan Trump yang mendorong penarikan AS, membuka jalan bagi kemajuan Taliban.

Ia terlihat bertemu dengan pejabat di Doha, China dan Moskow.

Ia dibebaskan dari penjara di Pakistan pada tahun 2018, setelah mendekam di sana sejak 2010.

Baradar adalah satu dari dua pendiri Taliban yang masih hidup, yang secara pribadi ditunjuk sebagai wakil oleh pendiri lainnya, Mullah Mohammed Omar.


Baradar mendarat kembali di Kandahar, tempat kelahiran gerakan Taliban, mengakhiri 20 tahun pengasingan, setelah sebelumnya melarikan diri ke negara tetangga Pakistan setelah invasi pimpinan AS pada 2001.

Selama pemerintahan kelompok itu tahun 1996-2001, dia tidak memiliki peran resmi pemerintah tetapi berjuang bersama Omar.

Ia memimpin Taliban untuk merebut kekuasaan pada tahun 1996 dan selama pemberontakan di tahun-tahun berikutnya.


4. Muhammad Yaqoob - menteri pertahanan

Sebagai putra tertua Mohammed Omar - pendiri Taliban dan Emir (Pemimpin Tertinggi) asli dari pemerintahan pertama Taliban - Yaqoob memiliki rasa hormat yang signifikan di antara jajaran Taliban.

Seorang etnis Pashtun, dia adalah salah satu dari dua wakil pemimpin tertinggi saat ini.

Tetapi ia hanya seorang anak laki-laki biasa ketika Taliban sebelumnya berkuasa dan mengenyam pendidikan di Pakistan.

Setelah dewasa, dia telah menjadi komandan militer, menurut Pakistan Today, dan termasuk dalam Syura Rehbari sebelum naik pangkat dengan cepat.

Pada tahun 2020, majalah Foreign Policy mengatakan bahwa Yaqoob menjadi pemimpin seluruh Taliban setelah Akhundzada terinfeksi COVID-19.

Menurut seorang analis yang berbicara dengan Radio Free Europe, Yaqoob adalah pendukung negosiasi dan mendapat dukungan dari Arab Saudi dalam pendakiannya ke puncak, dan bahwa Riyadh telah memberinya dukungan.

5. Sirajuddin Haqqani - menteri dalam negeri

Sirajuddin Haqqani masuk dalam daftar buronan FBI atas serangan teroris (FBI)

Sirajuddin merupakan pemimpin jaringan Haqqani, setelah ayahnya, Jalaluddin Haqqani, dilaporkan meninggal antara tahun 2016 dan 2018.

Sebagai wakil pemimpin Taliban yang diproklamirkan, Sirajuddin sebelumnya mengawasi pertempuran bersenjata melawan pasukan Amerika dan koalisi, yang dilaporkan dari sebuah pangkalan di Waziristan Utara di Pakistan.

Dia dicari oleh FBI sehubungan dengan serangan Januari 2008 di sebuah hotel di Kabul, Afghanistan, yang menewaskan enam orang, termasuk seorang warga negara Amerika.

Ia juga diduga merencanakan upaya pembunuhan terhadap presiden Afghanistan saat itu, Hamid Karzai, pada tahun 2008.

Sirajuddin menulis sebuah opini untuk New York Times pada tahun 2020, menguraikan apa yang dicari Taliban dari negosiasinya dengan pemerintahan Trump.

Ia mengatakan bahwa Taliban menawarkan "sistem politik inklusif di mana suara setiap orang Afghanistan tercermin".

Tetapi pada bulan Maret tahun ini, dia terdengar dalam pidato siaran memuji kinerja pengikutnya di medan perang, yang dia sebut akan "menghancurkan arogansi kaisar pemberontak dunia".


6. Zabihullah Mujahid - menteri informasi Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid (AFP)

Juru bicara utama Taliban setelah jatuhnya Kabul, Mujahid adalah sosok yang mengumumkan posisi kabinet kepada dunia.

Setelah pengambilalihan, Mujahid adalah wajah publik dari kelompok yang berusaha menampilkan citra moderat itu.

Selama bertahun-tahun, ia menjadi sosok bayangan yang mengeluarkan pernyataan atas nama militan.

Ia berjanji tidak berusaha membalas dendam kepada pemberontak dan bahwa "semua orang dimaafkan".


7. Amir Khan Muttaqi - menteri luar negeri. Amir Khan Muttaqi tahun 2001 (via Sky News)


Muttaqi adalah anggota tim negosiasi di Qatar, yang terlibat dalam pembicaraan dengan utusan AS.

Muttaqi sebelumnya adalah menteri pendidikan di pemerintahan Taliban pada tahun 2001.

Ia pernah mengadakan konferensi pers dengan AK-47 di mejanya saat AS bersiap untuk menyerang saat dia bersumpah bahwa Taliban akan melawan serangan pasukan darat.

Pria 51 tahun kelahiran Helmand itu juga menjabat sebagai menteri informasi dan kebudayaan dan dilaporkan sebagai salah satu pemimpin senior Taliban yang mengadakan pembicaraan dengan Abdullah Abdullah dan Hamid Karzai setelah jatuhnya Kabul.

(Sumber Utama : Tribunnews.com, Tiara Shelavie)


Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan negaranya mempertahankan kontak dengan pemerintahan Taliban di Afghanistan. Karena belum secara resmi mengakui kekuasaan mereka, Moskow fokus pada penanganan krisis kemanusiaan di sana.

“Kami menjaga kontak bisnis dengan perwakilan otoritas baru Afghanistan, termasuk melalui kedutaan kami di Kabul. Bidang kemanusiaan menjadi area interaksi praktis yang sangat penting dalam kondisi krisis sosial ekonomi,” kata Lavrov dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS, Jumat (31/12).



Dia mengungkapkan, Rusia mengirimkan beberapa gelombang bantuan kemanusiaan ke Afghanistan pada November dan Desember. Moskow pun membantu sejumlah siswa di Afghanistan untuk melanjutkan pendidikan di Rusia. “Rekan-rekan kami dari Kementerian Pertahanan Rusia memberikan kontribusi besar yang bermanfaat untuk upaya persahabatan ini,” ujarnya.

Taliban merupakan organisasi terlarang di Rusia. Awal bulan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin menyuarakan kekhawatirannya atas situasi di Afghanistan. Dia secara khusus menyoroti kondisi keamanan di sana.

“Tentu saja, kami prihatin atas segala sesuatu yang terkait dengan terorisme dan perang melawannya, serta dengan narkoba dan kejahatan terorganisasi. Dalam konteks ini, kita tidak bisa tidak prihatin atas situasi di Afghanistan dan bagaimana perkembangannya,” kata Putin saat melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi pada 6 Desember lalu.

Menurut Putin, Rusia dan India terus bekerja secara aktif di arena internasional, termasuk terkait Afghanistan. “Memang dalam banyak hal posisi kita mirip,” ucapnya.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengungkapkan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, sekitar 600 anggota atau simpatisan ISIS di negara itu telah ditangkap. Beberapa di antara mereka adalah wanita. “Mereka (anggota atau simpatisan ISIS) tidak banyak di Afghanistan karena tak mendapat dukungan dari rakyat,” kata Mujahid dalam konferensi pers pada 10 November lalu.

Dia pun menyinggung ISIS-Khorasan yakni kelompok yang terafiliasi ISIS di Afghanistan. Menurut Mujahid, tidak seperti ISIS di negara lain di Timur Tengah, sebagian besar anggota ISIS-Khorasan adalah warga lokal. Ia pun meyakinkan ISIS-K tak menimbulkan ancaman bagi negara lain.

Pasca jatuhnya ibukota Kabul di Afghanistan, kelompok Taliban berjanji akan membentuk pemerintahan Islami yang inklusif, melindungi hak perempuan dan kebebasan pers, serta menjadi lebih moderat. Respon masyarakat dunia dan ahli pun menjadi beragam, mulai dari skeptis hingga tak sedikit yang optimis. Berangkat dari hal ini, Institute for Global and Strategic Studies (IGSS), Program Studi Hubungan Internasional (PSHI), Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan diskusi publik “Taliban Revival: What’s Next for Afghanistan” pada Selasa (24/08) secara daring.

Hadza Min Fadhli Robby, S.IP., M.Sc., yang juga dosen prodi Hubungan Internasional di UII, mengajak untuk melihat dan memahami perspektif personal rakyat Afghanistan terlebih dahulu. Berdasarkan perbincangan dengan rekan-rekan Afghanistannya, Hadza mengungkapkan bahwa perasaan masyarakat Afghanistan bercampur aduk. Ketidakpastian rezim ini memiliki efek yang sangat buruk tidak hanya pada sektor pendidikan, tetapi terhadap kelangsungan kehidupan sosial ekonomi dan budaya di Afghanistan, lanjutnya.

“Menurut saya, yang penting untuk Taliban adalah bagaimana mereka bisa memberikan atmosfer kepastian kepada rakyat Afghanistan dan itu belum terlihat,” ungkap Hadza. Hal ini diperparah dengan sektor keuangan dan perbankan yang semakin melemah karena International Monetary Fund (IMF) mematikan akses pendanaan ke Afghanistan. Imbasnya, ekonomi publik pun ikut terdampak, terutama pada orang-orang dengan pekerjaan di kelas menengah.

Sementara itu, Rizki Dian Nursita, S.IP., M.H.I, seorang peneliti dari IGSS menilai tidak mudah memprediksi dan memberikan pandangan objektif tentang apa yang akan terjadi di Afghanistan ke depannya. Negara itu sudah cukup lama dirundung konflik tak berkesudahan. Masyarakat Afghan yang mengalami perang dan konflik berkepanjangan dianggap sebagai kelompok yang rentan, terutama pada perempuan dan anak-anak.

“Marginalisasi terhadap perempuan terjadi karena faktor pemahaman dan interpretasi yang kaku dari Taliban terhadap nash dan sumber pengetahuan Islam,” ungkap Dian.

Dian melanjutkan, pandangan terhadap nash yang kaku menjadikan pembatasan wanita di ruang publik, termasuk dalam mencari pekerjaan dan memperoleh akses pendidikan. Al Ashlu Fil Muamalati Al Ibahah Hatta Yadullu Ad Daliilu Ala Tahrimiha, yang artinya hukum dalam urusan muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

Tentu hal ini tidak dibenarkan dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Selain itu muncul persepsi terhadap wanita yang dianggap sebagai sosok yang kurang diapresiasi. Fenomena seperti Bacha Posh (anak perempuan berperilaku seperti anak laki-laki untuk mendapat akses pendidikan) dan Bacha Bazi (memperjual-belikan anak laki-laki) sehingga menimbulkan krisis identitas pada diri mereka kerap dialami anak-anak Afghan.

“Saya agak sulit untuk memprediksi, apakah Taliban akan menjalankan janji politiknya atau tidak. Kita mungkin bersikap moderat. Semuanya tergantung seberapa terbuka Taliban terhadap nilai-nilai yang berasal dari luar seperti kesetaraan gender, HAM, dll,” sambung Dian. Ia menutup dengan mendorong agar terciptanya dialog antara Taliban dengan negara-negara Islam lainnya untuk menciptakan perdamaian di Afghanistan.

Sedangkan pembicara, Budi Mulyana, S.IP., M.Si. melihat kemenangan Taliban tidak diraih secara mandiri. Ia mendasarkan pandangannya pada kesepakatan antara Amerika Serikat era Presiden Trump dengan Taliban. Amerika Serikat bersedia menarik pasukan dari Afghanistan serta membiarkan Taliban berkuasa tentu dengan syarat tertentu. Salah satunya yakni kekuasaan Taliban tidak akan mengancam eksistensi AS secara global seperti era sebelumnya. (MRS/ESP)

Taliban meminta Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain mengakui pemerintah Taliban di Afghanistan, dengan mengatakan kegagalan melakukannya dan pembekuan dana Afghanistan yang terus berlanjut di luar negeri akan menimbulkan masalah tidak hanya bagi negara itu tetapi juga Dunia. Tidak ada negara yang secara resmi mengakui pemerintah Taliban di Afghanistan sejak gerilyawan mengambil alih negara itu pada Agustus.



Afghanistan untuk Hentikan Musik Sementara miliaran dollar aset dan dana Afghanistan di luar negeri juga telah dibekukan, bahkan ketika negara itu menghadapi krisis ekonomi dan kemanusiaan yang parah. "Pesan kami kepada Amerika adalah, jika tidak diakui terus, masalah Afghanistan berlanjut, itu adalah masalah kawasan dan bisa berubah menjadi masalah bagi dunia," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid kepada wartawan pada konferensi pers pada Sabtu (30/10/2021). Menurutnya alasan Taliban dan Amerika Serikat berperang terakhir kali juga karena keduanya tidak memiliki hubungan diplomatik formal.



AS menginvasi Afghanistan pada 2001 setelah serangan 11 September 2001. Pemerintah Taliban saat itu menolak untuk menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email "Isu-isu yang menyebabkan perang itu, bisa diselesaikan melalui negosiasi, bisa juga diselesaikan melalui kompromi politik," kata Mujahid melansir Reuters. Dia menambahkan bahwa pengakuan adalah hak rakyat Afghanistan. Baca juga: Iran Desak Taliban Agar Lebih Ramah Terhadap Negara Tetangga Afghanistan Meskipun tidak ada negara yang mengakui pemerintahan Taliban, para pejabat senior dari sejumlah negara telah bertemu dengan para pemimpin gerakan itu, baik di Kabul maupun di luar negeri. Kunjungan terakhir dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Turkmenistan Rasit Meredow, yang berada di Kabul pada Sabtu (30/10/2021). Mujahid sebelumnya di Twitter mengatakan, pertemuan kedua belah pihak membahas implementasi cepat dari pipa gas Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India (TAPI).



Menteri luar negeri China, Wang Yi, bertemu dengan pejabat Taliban di Qatar awal pekan ini. Mujahid mengatakan pada Sabtu (30/10/2021), bahwa China telah berjanji untuk membiayai infrastruktur transportasi, dan untuk memberikan akses ekspor Kabul ke pasar China melalui negara tetangga Pakistan. Baca juga: Gambar Pertemuan Taliban dan Delegasi Asing Picu Kemarahan, Disebut “Pesta Sosis” Mujahid juga berbicara panjang lebar tentang masalah yang dihadapi penyeberangan perbatasan, terutama dengan Pakistan. Masalah itu yang sering menimbulkan penutupan perbatasan dan protes dalam beberapa hari terakhir. Penyeberangan tersebut sangat penting untuk Afghanistan yang wilayahnya kini terkurung. Dia mengatakan pembicaraan serius tentang masalah itu diadakan ketika menteri luar negeri Pakistan melakukan perjalanan ke Kabul minggu lalu.






Siapa Taliban?

Taliban atau "mahasiswa" dalam bahasa Indonesia diyakini banyak pihak sebagai kelompok Islam ekstremis yang ingin menerapkan interpretasi ketat terhadap hukum agama di Afghanistan.

Kelompok ini berasal dari pejuang Mujahidin yang didukung Amerika Serikat, gerilyawan Islam fundamentalis, yang memerangi Uni Soviet di Afghanistan pada 1970-an dan 1980-an.

Pada 1990-an, Taliban mulai mengonsolidasikan kekuatan dan merebut beberapa wilayah dalam perang saudara melawan pasukan pemerintah dan milisi yang dipimpin oleh panglima perang setempat.

Pada tahun 1996 para militan Taliban berhasil menguasai Kabul, memaksa presiden saat itu untuk melarikan diri, dan mengantarkan periode kekuasaan Taliban di seluruh negeri.

Namun sebagian kecil wilayah negara itu tetap berada di luar kendali Taliban. Sebagian besar negara lain juga menolak mengakui pemerintahan Taliban.

Rezim mereka dikenal brutal dalam membantai lawan-lawannya, bersekutu dengan kelompok teroris, menindas hak-hak perempuan, menerapkan bentuk hukuman yang kejam, termasuk menghancurkan situs kuno.

Koalisi negara-negara barat melakukan invasi untuk menggulingkan pemerintah Taliban setelah fitnah besar ziomis dan media barat terhadap serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat yang menewaskan hampir 3.000 orang.

Pasukan gabungan yang dipimpin Amerika Serikat, termasuk pasukan Australia, melakukan serangan untuk menghancurkan Taliban yang melindungi Usamah bin Laden dan gerakan teroris Al Qaeda-nya.

Taliban dengan cepat digulingkan dari kekuasaan, tapi kelompok ini terus hidup, melancarkan taktik perang gerilya selama 20 tahun melawan AS, sekutunya, dan tentara Afghanistan.

Sementara pasukan pemerintah menguasai wilayah perkotaan, Taliban mempertahankan kendali daerah pedalaman atas dukungan penduduk setempat, terutama dari etnis Pashtun di selatan dan timur negara itu.

Terobosan besar Taliban terjadi setelah AS dan negara-negara Barat lainnya menarik pasukan mereka dalam beberapa bulan terakhir.

Pejuang bersenjata Taliban bergerak menyapu seluruh negeri, merebut kota-kota hampir tanpa perlawanan yang berarti.

Banyak prajurit militer Afghanistan, yang sebagian besar dilatih dan dibiayai oleh AS, telah melarikan diri ke negara-negara tetangga.

Pendiri dan pemimpin Taliban adalah Mullah Mohammed Omar, yang bersembunyi setelah terjadinya invasi AS di tahun 2001.

Begitu rahasia keberadaannya sehingga kematiannya, pada tahun 2013, baru dikonfirmasi dua tahun kemudian oleh putranya.

Taliban saat ini dipimpin oleh pemimpin tertingginya, seorang pria bernama Hibatullah Akhundzada.

Menurut Pusat Pemberantasan Terorisme di akademi militer West Point di AS, Taliban diperkirakan menempatkan kekuatan tempur inti mereka sekitar 60.000 prajurit, didukung lebih banyak lagi anggota milisi lokal.



Apa yang diinginkan Taliban?

Di bawah pemerintahan Taliban dari tahun 1996-2001, kaum perempuan tidak diperbolehkan keluar rumah sembarangan tanpa didampingi muhrimnya, serta diharuskan tutup aurat dan diutamakan mengenakan burqa yang menutup wajah hingga ujung kaki agar terjauh fitnah akhir zaman .

Perempuan wajib belajar agama dan ketermapilan yang feminism, dan tidak diperbolehkan bekerja diluar pekerjaan wanita dan anak perempuan tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan sekuler yang berkiblat kepada barat sekuler.

Musik dan televisi dengan konten non-Islami dilarang. Pengadilan syariah mengadopsi hukuman fisik termasuk potong tangan bagi pencuri, hukum cambuk dan rajam sampai mati di depan umum bagi orang yang melakukan perzinahan.

Kelompok itu juga menghancurkan patung Budha Bamiyan yang berusia 1.500 tahun, yang dianggap sebagai musyrik.

Negara-negara Barat menuduh Taliban kini ingin menerapkan kembali pemerintahan brutal tersebut, namun klaim ini dibantah oleh kelompok itu.

Pada awal 2021, Taliban mengatakan mereka menginginkan "sistem pemerintahan Islam yang murni" untuk Afghanistan, termasuk ketentuan bagi hak-hak perempuan dan kaum minoritas.

Mereka menyatakan bahwa hukum apa pun yang diberlakukan harus sesuai dengan tradisi budaya dan aturan agama.

Ada tanda-tanda ketakutan warga atas hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan yang diinginkan Taliban.

Di Kabul, misalnya, pemilik toko menutupi foto-foto iklan yang menunjukkan perempuan tanpa menutup aurat.



Taliban saat ini tidak diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah AS.

Mengapa Amerika Serikat dan koalisinya menarik diri dari Afghanistan?

Kemajuan pesat Taliban bertepatan dengan penarikan pasukan gabungan AS, Inggris, dan lainnya, termasuk tentara Australia.

AS mengumumkan niatnya untuk keluar dari Afghanistan pada 11 September, tepat 20 tahun peringatan serangan tersebut.

Namun Presiden Joe Biden telah menarik sebagian besar pasukan AS sebelum tanggal itu.

Ia menyebut konflik 20 tahun sebagai "perang tak berkesudahan" dan bertekas mengakhiri investasi AS yang harus dibayar nyawa dan harta.

Lebih dari 150.000 orang tewas selama perang. AS kehilangan lebih dari 2.000 tentara serta menghabiskan triliunan dolar. Puluhan ribu warga sipil dan tentara Afghanistan kehilangan nyawa mereka.

Sebanyak 41 prajurit Australia tewas, dan para mantan prajurit kini dikhawatirkan akan mengalami masalah kejiwaan karena melihat hasil perjuangan mereka yang kini berbalik.

Baru bulan lalu Presiden Biden meminta para pemimpin Afghanistan untuk "bersatu dan bergerak menuju masa depan".



Ia berharap pemerintah Afghanistan dan militer negara itu dapat membela diri, dan pembicaraan damai yang diprakarsai dengan Taliban akan menemukan resolusi jangka panjang.

Namun harapan itu hancur. Presiden Ashraf Ghani justru melarikan diri dan gerilyawan Taliban sekarang telah menduduki Istana Kepresidenan.

Apa yang terjadi selanjutnya?

Taliban telah mengklaim menguasai sebagian besar wilayah dan pemerintah Afghanistan telah bubar.

Tidak jelas persis apa yang akan terjadi selanjutnya.

Pejabat Menteri Dalam Negeri pemerintah Afghanistan sebelumnya mengatakan akan dibentuk pemerintahan transisi.

Taliban menegaskan hal itu tidak akan terjadi. Mereka, katanya, akan mengadakan pembicaraan untuk menciptakan "pemerintahan Islam yang terbuka dan inklusif".

Di bandara internasional Kabul, ribuan warga berbondong-bondong da mati-matian berusaha melarikan diri dari Afghanistan. Mereka umumnya merupakan aparat pemerintah.

Australia bersama lebih dari 60 negara telah menyerukan agar para pejabat asing dan warga Afghanistan diberikan jalan yang aman ke luar negeri jika mereka ingin pergi.

Bagi mereka yang tertinggal di Afghanistan, masa depan yang tidak pasti telah menanti.

Sumber ABC News.
tag : viral Profil 7 Pemimpin Taliban Afghanistan yang diprediksi akan mampu memimpin pembebaskan Al-Aqso Palestina mulai tahun 2022 dengan panji Rosululloh ?

Post a Comment

Terimkasih anda telah Mendukung Keadilan dan Kebenaran

detik59.com hadir karena Jujur itu Wajib dan Bohong itu Dosa! Berjuang untuk keadilan dan kebenaran itu Wajib, Meninggalkan medan perang melawan tirani kebohongan adalah Haram!!!

Salam Sukses
ayi.okey@gmail.com CEO www.pesantrenbisnis.com

 
Top