GuidePedia

0
Eks Ketua Umum Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Mahful Muis Tumanurung menantnag Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan Gafatar menyebarkan aliran sesat.

"Kami tidak memiliki paham sama, dan bukan bagian dari Islam (MUI). Bagaimana difatwa kalau kami ada di luar MUI (bukan bagian)," kata Mahful, yang akhirnya buka suara.

Mahful datang bersama Juru Bicara Gafatar Wisnu Windhani dan beberapa eks anggota. Mereka didampingi Alvon Kurnia Palma, Ketua Badan Pekerja Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), sebagai fasilitator--untuk berbicara dengan media. Acara dilakukan di Lantai III Gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta,

Ia mengatakan mantan anggota Gafatar telah keluar dari keyakinan agama Islam mainstream. Ajaran yang dipegang teguh adalah paham Millah Abraham yang dianggap sebagai jalan kebenaran. Sebab itu, ditambahkan dia, MUI salah alamat melabelkan sesat ke pihaknya.

"Kantor kami terbuka, kenapa ketika kami eksis tidak pernah diajak diskusi? Kenapa tiba-tiba diberi fatwa? Apakah Anda (MUI) pernah berdialog dengan kami?" ungkapnya.

Pihaknya mengaku sempat meminta waktu berdialog dengan MUI pada tahun 2015, tapi tidak digubris.

Menurutnya Gafatar diilhami dari ajaran-ajaran para nabi sebagaimana Islam. Namun, Gafatar tidak hanya mengakui satu kitab suci, melainkan juga kitab yang lain. "Soal keyakinan, itu hak asasi kami," katanya.

Mahful melanjutkan, Gafatar menjadikan pendiri gerakan Alqiyadah Ahmad Musaddeq sebagai sumber inspirasi, bukan pendiri. Musaddeq juga tidak masuk keorganisasian Gafatar. "Beliau itu narasumber spiritual kami. Apa salah kami pilih (Muzaddeq)?," katanya.

Alumni Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat ini memberi tahu bahwa Gafatar menggelar kongres pada 14 Agustus 2011 dan menetapkannya sebagai ketua umum. Pada 13 Agustus 2015 Gafatar bubar melalui kongres luar biasa. "Sejak bubar. Semua anggota Gafatar diberi keleluasaan untuk tetap menjalankan program, " ujarnya.

Usai jumpa media, Mahful enggan melakukan tanya jawab kembali. Dengan berjalan cepat dia menuju mobil SUV hitam merek Ford Everest yang menjemputnya.

Aktivitas pencucian otak dirasakan oleh Nasib, selama mengikuti kegiatan oraganisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Nasib yang tiga tahun lalu bergabung dengan Gafatar selalu disodori tulisan yang wajib dibaca.

"Setiap kali kami berkumpul, ada selembar kertas yang harus dibaca. Itu-itu saja yang dibaca," aku Nasib saat ditemui di Medan, Kamis (28/1/2016).

Dalam selembar kertas tersebut terdapat tulisan Komuniti Millah Abraham. Sementara Gafatar dalam ajaranya kepada anggota, agar mengajak orang terdekat seperti istri dan anak.

"Tulisan di atas kertas, Komuniti Millah Abraham, bukan Gafatar," ucap Nasib yang tidak menjelaskan secara rinci isi dari lembaran kertas tersebut.

Nasib yang mendapat arahan seperti itu, kemudian menolak mengajak istrinya. Pasalnya dia sudah merasa ada yang salah dalam gerakan tersebut.

Disinggung mengenai adanya kemungkinan anggota Gafatar mengajak pendirian sebuah negara, ia hanya menjelaskan setiap anggota ditugaskan mencari orang untuk bergabung ke Gafatar.

"Kalau masalah itu aku kurang paham (mendirikan negara), yang jelas kami disuruh membawa anggota, disuruh mencari dana untuk organisasi dan akan dikasih tempat. Mereka juga mempunyai pimpinan di tiap daerah katanya," ungkap Nasib.

Kurang lebih enam pertemuan dilakoni Nasib selama gabung dalam perkumpulan Gafatar. Dia tak pernah menolak saat diajak berkumpul bahkan meski hujan deras mengguyur.

Nasib memutuskan keluar dari Gafatar setelah didesak istrinya untuk tidak lagi ikut organisasi itu. Akhirnya ayah tiga anak itu menuruti kemauan istrinya, meski adik iparnya menyarankan untuk tetap ikut Gafatar.

Sejalan dengan itu, pernak pernik yang pernah diberikan Gafatar pada Nasib pun ditarik kembali. "Bayangkan saja, tiap anggota dilarang berkomunikasi dengan orang lain. Alasannya enggak mau didengar orang," kata Nasib.

Ada hal lain yang mengusik pikirannya. Petinggi Gafatar selalu mengatakan, 'akan kita bangun sesuatu yang baru'. Hingga hari ini, Nasib belum mengetahui maksud perkataan itu. (ris)

Post a Comment

Terimkasih anda telah Mendukung Keadilan dan Kebenaran

detik59.com hadir karena Jujur itu Wajib dan Bohong itu Dosa! Berjuang untuk keadilan dan kebenaran itu Wajib, Meninggalkan medan perang melawan tirani kebohongan adalah Haram!!!

Salam Sukses
ayi.okey@gmail.com CEO www.pesantrenbisnis.com

 
Top