GuidePedia

0

SIAPAKAH pemimpin yang akan menakhodai bangsa ini lima tahun ke depan? Siapapun, jangan tergantung pada figur. Gagasan untuk Indonesia lebih baik lebih penting ketimbang figur.

Raut muka Ahmad Heryawan biasa-biasa saja. Hanya sesekali dia tersenyum simpul. Kepadanya disodorkan fakta tentang elektabilitasnya yang makin moncer.Dia dan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, berdasarkan survei, termasuk calon presiden-wakil presiden yang diinginkan rakyat.

Aher menyadari, persoalan figuritas termasuk penting dalam kontestasi Pemilihan Umum Presiden-Wakil Presiden. Tapi, dia menyebutkan ada yang lebih penting dari itu. Jauh lebih penting adalah gagasan tentang Indonesia ke depan.

“Mudah-mudahan ke depan itu pertarungannya ada pada gagasan. Bukan soal figur lama dengan baru. Kita ajak saja menghadirkan gagasan. Apa gagasan Aher tentang Indonesia, apa gagasan Jokowi tentang Indonesia, gagasan pihak lain. Kita pertarungkan gagasan itu,” ujarnya.

Gagasan itu, menurutnya, adalah komitmen untuk Indonesia di masa depan. Gagasaran itu semestinya mencuat dari figur yang mempunyai integritas baik di masyarakat.

“Jika figurnya bagus, gagasannya juga bagus, klop. Gagasannya oke, integritasnya oke,” katanya di Gedung DPRD Jawa Barat, Kamis (20/2).

Sehari sebelumnya, IDE Research and Consultant, merilis hasil survei yang mereka gelar hampir 10 hari, 13-21 Januari lalu. Hasilnya cukup mengejutkan. Jika diduetkan, maka Jokowi-Aher menjadi pasangan dengan tingkat elektablitas paling tinggi.

Mengejutkan karena tingkat elektabilitas Aher meroket cukup tajam. Beda dengan Jokowi, juga calon-calon presiden yang diapungkan partai lain, Aher baru akhir-akhir ini saja diperhitungkan dalam percaturan kepemimpinan nasional. Itu terjadi setelah namanya masuk dalam daftar peserta Pemilu Raya (Pemira) yang diselenggarakan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

“Dari hasil simulasi diketahui bahwa pasangan Jokowi-Aher mengungguli pasangan lainnya,” ujar Direktur Eksekutif IDE, Jajang Sukmahari.

Berdasarkan hasil survei itu ada beberapa pasangan yang sengaja disandingkan sesuai dengan tingkat kepupulerannya di masyarakat. Pasangan Jokowi-Aher mendapatkan suara 27,41%, Aburizal Bakrie-Hatta Rajasa 14,19% dan Pramono-Mahfud MD hanya 4,02%.

Sementara simulasi pasangan lainnya seperti Megawati-Jokowi 24,95%, ARB-Dahlan Iskan 13,29%, Prabowo-Aher 15,93%, Jokowi-Mahfud 25,52%, ARB-Anis Matta 9,33%, Prabowo-Dahlan 13,55%.

Aher sendiri menyambut baik hasil lembaga survei itu. “Ya, bisa Jokowi-Aher, bisa juga Aher-Jokowi. Bisa dibolak-balik. Tapi, yang penting masyarakat sudah ada kemajuan yang luar biasa. Tokoh-tokoh baru itu dipandang secara positif. Itu wajar. Ada harapan baru,” ujarnya.

Kendati begitu, Aher tetap menghormati para politisi senior. Menurut dia, politisi senior mempunyai keistimewaan keunggulan tersendiri di hati masyarakat. Aher menilai politisi senior juga bisa dipadukan dengan politisi muda di pilpres mendatang.

“Bisa kombinasi muda-tua. Saya kira bagus. Yang penting tidak ada masalah untuk kemajuan bangsa kedepan. Kalau orang Jwa Barat mulai dibidik-bidik, mulai kelihatan, mulai masuk survei, berarti ini positif,” kata dia.

Heryawan menilai, populernya nama dalam survei tersebut merupakan sinyal baik. Artinya, masyarakat jelang Pemilu Legislatif sudah mulai bergerak-gerak untuk menentukan pilihan presidennya.

“Artinya ini sebuah sinyal baik, isyarat baik atas munculnya situasi ini. Masyarakat pada tempo pemilu itu terus bergerak-gerak. Kemudian mencari figur-figur yang paling cocok,” tegasnya.

Pengamat politik dari Universitas Parahyangan, Asep Warlan Yusuf, menilai Jokowi-Aher merupakan kombinasi yang bagus. Keduanya juga dinilai memiliki sepak terjang positif di masing-masing daerah yang mereka pimpin.

Asep menilai, dari sisi ideologis politik, keduanya merupakan kombinasi tokoh yang bagus. “Kombinasinya bagus, antara nasionalis dan relijius. Dua-duanya figur daerah,” tambah Asep

Tetapi, itu saja belum cukup. Asep Warlan menilai perlu kekuatan politik yang hebat untuk mendongkrak eksistensi pasangan ini dalam skala nasional. “Beban politiknya agak berat jika ingin memimpin bangsa ini,” ujarnya.

Dia menambahkan, langkah yang dilakukan masing-masing kepala daerah tersebut belum cukup jika ingin mencapai derajat pemimpin nasional. Karena itu, keduanya harus mendapatkan dukungan politik yang kuat untuk melengkapi kepemimpinannya.

Dukungan politik itu, tentu saja, bisa didapatkan dari partai-partai pengusung mereka. Peluang untuk itu cukup terbuka. Jokowi kini disebut-sebut sebagian faksi di PDI Perjuangan sebagai kandidat yang layak dicalonkan partai. Sedangkan Aher sudah masuk tiga besar dalam kandidat yang hendak diusung PKS.

Menurut Asep Warlan, ada beberapa langkah yang harus ditempuh kandidat pasangan ini. Salah satunya, melakukan komunikasi politik yang efektif dengan parpol-parpol kuat, membangun program dan visi-misi dengan jelas, serta pemasaran politik yang terintegrasi secara menyeluruh.

“Setidaknya, dengan peta politik seperti itu, peluang pasangan ini menduduki kursi presiden-wakil presiden, terbuka lebar,” pungkasnya. (Oleh: Jaka Permana & Aries Riza Fauz-ing)

Post a Comment

Terimkasih anda telah Mendukung Keadilan dan Kebenaran

detik59.com hadir karena Jujur itu Wajib dan Bohong itu Dosa! Berjuang untuk keadilan dan kebenaran itu Wajib, Meninggalkan medan perang melawan tirani kebohongan adalah Haram!!!

Salam Sukses
ayi.okey@gmail.com CEO www.pesantrenbisnis.com

 
Top