GuidePedia

0


Karena saya berharap engkau dicintai Allah, maka saya menasihatimu

Karena saya berharap engkau tidak dimurkai Allah, maka saya mengingatkanmu

Ibu Bupati Kendal yang baik, saya baca berita, engkau mengatakan “PSK adalah pahlawan keluarga, karena mereka bekerja untuk menghidupi keluarga. Dalam kondisi itu, tidak manusiawi kalau tempat pelacuran ditutup.” Begitu katamu..

Menurut saya, pendapatmu itu lahir dari cara pandang yang keliru. Sebagai muslimah apalagi berjilbab, tentu engkau pun rajin shalat rutin mengaji dan menjalankan kewajiban agama lainnya, semestinya salah kaprah memahami kata PAHLAWAN bisa dihindari. Sebagai pejabat tinggi, makna pahlawan harusnya tidak asing bagimu.

Benar, siapa pun yang ‘menghidupi’ keluarga adalah pahlawan. Namun, apakah menghidupi keluarga harus dengan cara melacurkan diri? Sebagai seorang wanita dan seorang ibu mestinya hal mendasar ini sudah cukup menoreh hatimu. Lagipula bukankah hanya hak Allah saja untuk menghidupi makhluknya? Bila kita khilaf bahwa soal rezeki ada dalam hak prerogatif-Nya. Sementara berzina jelas diharamkan-Nya.

Tempat pelacuran ditutup tidak manusiawi katamu ibu? Duh… Bagaimana bisa seorang wanita terhormat sepertimu bisa alpa dari makna KEMANUSIAAN. Ibu yang shalihah insya Allah, coba ibu tanyakan kepada wanita-wanita yang terpaksa menjadi PSK itu, apakah mereka melacurkan diri karena dorongan kemanusiaan? Maaf, atas dasar KEMANUSIAAN, mereka tidak tega membiarkan para lelaki hidung belang kehilangan curahan birahi syetaninya?

Allah…

Ibu yang menjadi panutan semua warganya termasuk kaum wanita dan anak-anak gadis remaja, Maaf, sekali lagi maaf, bilakah ibu menjadi seorang pelacur, dan dengan itu ibu mampu menghidupi keluarga, banggakah ibu digelari pahlawan keluarga!?Atau, saat tempat yang biasa digunakan buat ibu melacur ditutup, terlukakah rasa kemanusiaan ibu?

Ibu yang baik, jelas. Kemiskinan bukanlah disebabkan oleh ditutupnya lokalisasi pelacuran. Untuk yang satu ini, terpaksa saya harus mengatakan bahwa ibu mengalami sesat fikir yang kronis. Apalagi itu diderita oleh seorang pemimpin yang semestinya cerdas dan bijak dalam berfikir dan bertindak. Karena setiap keputusan ibu akan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.

Pun, merebaknya penyakit kelamin. Bukan disebabkan ditutupnya lokalisasi. Justru tanggungjawab ibu lah sebagai pemegang kekuasaan untuk mengangkat derajat mereka dari jurang kehinaan dengan menyiapkan lapangan kerja yang layak serta membimbing aqidah dan moral mereka. Bukannya dengan melegalkan lokalisasi pelacuran.

Bu, tidak ada seorang pun wanita yang masih memiliki nurani rela dan ikhlas menjadi pelacur. Sebagaimana ibu siratkan sendiri bahwa keadaanlah yang memaksa mereka melakukan itu. Kenapa solusinya ibu berikan sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan oleh para PSK itu?

Apakah ibu rela, mungkin ada anak perempuan ibu yang tergoda atau digoda untuk main-main ke lokalisasi lalu terjerumus dan menjadi pelacur di sana? Anak laki-laki ibu yang tergoda lalu menginap di sana? Akan ibu katakan, ah biarkan saja kan itu pilihan mereka? Sebagaimana ibu membiarkan saja lokalisasi itu hadir di Kendal karena para PSK ‘membutuhkannya’.

“Bisa saja menutup tempat pelacuran, tapi PSK-nya harus diberi pekerjaan dulu,” tegas Bupati.

Begitu katamu ibu? Terus? Ya siapkanlah lapangan pekerjaan. Ibu yang punya wewenang. Dalih setelah merekadiberikan keterampilan lalu sepi pelanggan dan kembali lagi ke praktek asusila itu bukan alasan untuk tidak menutup lokalisasi. Selain keterampilan, mereka juga perlu pendampingan, dicarikan pelanggannya, dibuka peluang pasarnya, diberikan modal pengembangan usahanya, dsb. Itu kan tugas pemerintah. Tugas IBU

“Pernah saya tanya kepada para PSK. Kenapa kembali ke lokalisasi? PSK itu menjawab karena kesulitan mencari pelanggan. Sementara kalau dia menjadi PSK, sehari bisa mendapat lima pelanggan,” tambahnya dengan tawa kecil.

Maaf, menjijikkan sekali perkataan ibu itu. Ibu telah merendahkan derajat kaum wanita. Termasuk ibu di dalamnya. Tawa kecil ibu, bila saya lihat langsung, mungkin saat itulah saya bisa menyaksikan senyum sinisnya IBLIS untuk pertama kali. Maaf..

Untuk itulah, engkau berencana akan mengganti slogan “Kendal Beribadat” menjadi “Kendal Hebat”. Slogan “Kendal Beribadat” menurutmu sudah tidak sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat Kendal.

Astaghfirullah, Ibu insyaflah dan bertaubatlah. Slogan yang sungguh bagus itu diganti dengan slogan yang umum saja? Sungguh disimpan dimana imanmu ibu?

Karena alasan di Kendal masih ada tempat pelacuran lalu digantilah slogan Kendal beribadat. Miris sekali. Analoginya, bila di Kendal masih ada pecandu narkoba, jangan haramkan narkoba. Bila di Kendal masih ada yang suka minum miras, janganlah miras itu dilarang. Bila di Kendal masih ada yang hobi korupsi, janganlah koruptor itu dihukum. Bila di Kendal masih ada yang menentang agama, janganlah orang itu disalahkan. Salahkan saja agamanya, begitu?

Wal’iyadzu billah

“Kalau nanti slogannya diganti dengan ‘Kendal Hebat’, bisa memotivasi orang Kendal untuk bisa menjadi orang hebat. Sebab, orang hebat bisa memilih mana yang baik dan mana yang tidak,” cetusnya.

Hmm.. jadi “slogan beribadat” di kendal saat ini tidak membuat warga kendal termotivasi untuk ahli ibadah. Wahai warga Kendal, benarkah? Kalian bukan ahli ibadah, artinya kalau bukan ahli ibadah, kalian ahli maksiat. Kata ibu kalian

Benarkah? Mestikah? Orang Hebat secara otomatis akan mampu memilih mana yang baik dan mana yang tidak? Ah ibu.. Pasti sekolah ibu sudah tinggi, oleh karenanya terpilih menjadi Bupati. Pasti tingkat kecerdasan ibu di atas rata-rata warga Kendal, sampai-sampai ibu mampu memimpin rakyat satu kabupaten. Pasti ibu HEBAT, hingga mampu memilih bahwa membiarkan pelacuran adalah jalan terbaik bagi kaum wanita di Kendal dan mereka layak diberikan penghargaan sebagai PAHLAWAN KELUARGA. Wah, ibu HEBAT

Ibu.. maaf, kalau nada surat ini kadang meninggi. Itu hanya ungkapan betapa saya mencintai ibu. Cinta ini membuat saya cemburu kepada para pelacur, Germo, cukong-cukong, dan lokalisasi pelacuran yang lebih ibu cintai daripada saya. Tapi siapa saya?

Namun saya sangat yakin, ada banyak warga ibu di Kendal terutama kaum wanitanya yang terhormat bersuara lebih keras daripada surat saya ini.

Ibu yang semoga dirahmati Allah karena keinsyafan ibu, surat cinta ini saya cukupkan sekian, akan ada banyak surat-surat cinta lain melayang ke meja ibu, asli dari rakyat Kendal yang lebih mencintai ibu daripada saya.

Salam hangat untuk seluruh warga Kendal, juga saudara-saudaraku, mbak-mbak yang terpaksa melakukan praktik asusila, sampaikan suara hati kalian kepada ibu kita Bupati Kendal agar beliau mengerti apa yang sebenarnya suara hati kalian. Karena saya yakin, pandangan beliau itu bukan mewakili kalian….

Selamatkan beliau dengan cinta kalian kepada ampunan Allah dan ridha-Nya

Ibu Widya, amanah yang ibu emban saat ini, adalah ladang amal untuk bernanyak beramal shalih bekal akhirat. Sebelum diambil, pastikan ibu tidak merampas dan mengkhianati hak Allah, hak manusia, hak undang-undang, dan hak keluarga ibu sendiri..

Wildan Hasan
Warga pinggiran kali Bekasi
Sumber : islampos.com 

Post a Comment

Terimkasih anda telah Mendukung Keadilan dan Kebenaran

detik59.com hadir karena Jujur itu Wajib dan Bohong itu Dosa! Berjuang untuk keadilan dan kebenaran itu Wajib, Meninggalkan medan perang melawan tirani kebohongan adalah Haram!!!

Salam Sukses
ayi.okey@gmail.com CEO www.pesantrenbisnis.com

 
Top