GuidePedia

0
Ternyata Karni Ilyas Lepas Tim Kepolisian untuk Tangkap Amrozi


JIKA saya sebut nama Karni Ilyas apa komentar anda? Suka, kagum, mengecewakan, atau membuat kesal? Setiap orang pasti punya penilaiannya sendiri. Tapi kehadiran Karni Ilyas dalam membawakan tema-tema yang bersinggungan dengan isu keumatan banyak membuat umat Islam geram. Dari mulai dinilai tidak adil “memberikan” mic kepada narsum muslim hingga melontarkan pertanyaan-pertanyaan tendensius.

Jika kita lihat media elektronik yang paling gemar dan terdepan dalam pemberitaan mengenai ‘terorisme’ maka dengan mudah pemirsa bisa tunjuk TvOne. Lihatlah berbagai liputan-liputan eksklusifnya. dari mulai penayangan video latihan militer Aceh kemudian detik-detik penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir hingga acara ‘Telusur’ yang memuat pengakuan dari Ubeid, Haris Amir Falah serta testimoni Ghazali. Dengan demikian, wajar saja jika publik bertanya-tanya jangan-jangan TV one adalah TV-nya Densus 88?

Jauh sebelum lahirnya Densus 88,Karni Ilyas memang tergolong dekat dengan korps anti terorisme. Saat bom Bali meletus, Karni Ilyas dengan SCTV-nya termasuk Televisi “Terdepan dalam Memberitakan”.

Tidak lama setelah meletusnya Bom Bali, Kepolisian langsung membentuk tim investigasi untuk mengungkap siapa dalang di baliknya. Irjen (Pol) I Made Mangku Pastika lalu ditunjuk sebagai Ketua, sedangkan wakilnya diserahkan kepada Brigjen (Pol) Gorries Merre. Tugas mereka adalah mengejar para pelaku. Mereka langsung memburu Amrozi cs karena dianggap sebagai pelaku hingga ratusan jiwa melayang.

Namun analisa berbeda dikeluarkan Kolonel (Purn) Herman Y.Ibrahim. Mantan Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) III/ Siliwangi ini tidak yakin kejadian di Bali dilakukan oleh Amrozi cs. Pasalnya, dari karateristik ledakan, bom Bali lebih tepat disebut mikro nuklir. “Dan, ini tidak mungkin dibuat Amrozi cs,” ujarnya.

Ucapan Herman Ibrahim diperkuat oleh Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) alm. Letjen. ZA. Maulani. Dia berkeyakinan bahwa yang meledak di Sari Club adalah bom mikro nuklir. “Hanya mikro nuklir yang memiliki efek ledakan seperti itu, bukan RDX apalagi TNT. Dan mikro nuklir yang ada di dunia ini hanya diproduksi di instalasi nuklir Dimona, milik Israel.”

Hal senada juga dikatakan Mantan Ketua MPR Amien Rais. Dia meragukan kemampuan Amrozi cs melahirkan daya ledak sebesar itu. Amien Rais justru mendorong pemerintah untuk mencari dalang sebenarnya dari bom Bali. “Seorang santri yang sederhana tidak mungkin dapat membuat bom seperti bom Bali, saya sudah bertanya kepada teman-teman doktor fisika dan ternyata bom sebesar itu harus dibuat di laboratorium,” kata Amien.

Namun segala pertanyaan dari berbagai pihak ditampik oleh Kapolri Jenderal Polisi Da’I Bachtiar. Polisi yang sempat mengakui jika Densus 88 “disiram” dana oleh asing itu membantah jika ledakan besar diakibatkan oleh mikro nuklir. “Kalau bahan itu (Mikro Nuklir), tidak ditemukan di TKP, “kata Da’i.

Terlepas dari perdebatan di atas, maka menarik atas apa yang dilakukan Karni Ilyas saat di Bali. Meski berstatus wartawan, ternyata Karni Ilyas lah yang melepas Tim Investigasi untuk memburu Amrozi. Dalam biografinya yang berjudul ”Karni Ilyas Lahir untuk Berita”, pria kelahiran 1952 itu mengatakan,

“Saya langsung terjun ke Bali. Jadi ketika merancang segala penyelidikan itu, saya sudah tahu. Kemudian saya balik ke Jakarta. Ketika mereka mau menyerbu ke Jawa Timur, saya datang lagi ke Bali. Saya yang melepas Gorries dan timnya berangkat, lalu saya terbang. Rupanya malam itu juga mereka langsung nangkap. Katanya, Gorries itu dengan Carlo Tewu naik motor, masuk menerjang rumah amrozi. Mereka sudah di kampung itu, dekat rumah itu, tapi ‘kan takut si Amrozi lolos, makanya diterjang pakai motor trail. Kayak Rambo.”

Karni mengaku sedikit menyesal tidak mengikuti langsung jalannya operasi tersebut secara langsung. Dalam pikirannya ketika meninggalkan Bali, Gorries dan tim pemburu Amrozi baru akan beroperasi beberapa hari lagi. Namun, rupanya malam itu juga Amrozi dipastikan ada di rumahnya di Desa Tenggulun. Lamongan, sehingga polisi langsung bergerak untuk mencegah kehilangan jejak lagi. Karni sendiri pulang ke Jakarta karena banyak urusan kantor yang membutuhkan kehadirannya sebagai pemimpin redaksi.

Kamis 26 November 2002, Karni sedang bersiap-siap menghadiri undangan berbuka puasa di Mabes Polri ketika teleponnya bordering. Seseorang tak dikenal melaporkan dugaan penangkapan seseorang di Pelabuhan Merak, Banten. Dia tergerak menelepon Karni karena menyaksikan keriuhan kecil di dekat sebuah bus yang akan menyeberang ke Sumatera.

Rupanya keriuhan itu adalah luapan kegembiraan sejumlah polisi yang sedang melakukan penyamaran dan berhasil menangkap Imam Samudera.

“Saya cuma konfirmasi gini ke Gorries: sudah ketangkap kan? Gorries jawab: ‘iya Bang’. Udah, gitu aja. Saya tutup telepon. Saya teriak, ‘Break! Imam samudra sudah ketangkap’. Presenter langsung bacakan informasi itu. Kaget semua orang, termasuk para pemred dan wartawan yang hadir di acara buka puasa di Mabes Polri. Karena banyak yang menayakan berita SCTV tersebut, akhirnya Kapolri Da’I Bachtiar pun mengumumkan penangkapan Imam,” kata Karni.

Menariknya, dalam Biografinya Karni mengatakan pada saat Gorries Mere mengangkat telepon darinya, sebenarnya Gorries baru saja menggebrak meja dan memarahi anak buahnya, “Gorries marah karena keributan itu. Setelah TKP dirapikan, ia kumpulkan anak buahnya semua. ‘Saya ingatkan kalian, ini enggak boleh bocor sama sekali! Media massa itu musuh kita sekarang’, kata Gorries sambil menggebrak meja. Kalau ada yang bocorin, saya tembak! Habis dia mengacungkan pistol, telepon saya masuk. Itu cerita Gorries ke saya.”

Menurut Karni, setelah berita penangkapan Imam Samudra itu tayang diLiputan 6, ia menelepon Gorries sekali lagi untuk mendapat tambahan informasi. Namun, Gorries hanya menjawab singkat karena ia harus mengatur strategi kemana Imam Samudra harus dibawa. Telepon genggam itu diletakkannya, tapi sepertinya ia lupa mematikannya sehingga Karni mendengar kemana Imam dibawa.

Banyak kalangan mengakui bahwa Karni Ilyas adalah tokoh yang sangat dekat dengan Gories Merre. Gorries Mere membuat Karni selalu mendapatkan liputan eksklusif dalam operasi Densus 88. Minimal pada operasi dimana Gorries Mere memliki peran.

Masih ingat dalam benak pemirsa bagaimana Reporter Tv One (saat itu masih bernama Lativi) Alfito Deannova berhasil mengajak Ali Imron -terpidana seumur hidup kasus Bom Bali- menapaktilasi lokasi persiapan dan pelaksanaan Bom Bali. Saat rekan-rekannya meringkuk dalam penjara, Ali Imron justru ngopi bareng Gories Mere di Kafe Starbucks.

Ketika hal itu memicu kegemparan, Gorries beralasan bahwa Ali dibon untuk mengungkap jaringan teroris. Ini masih masuk akal, Gories memang berwenang melakukan berbagai upaya dalam penyidikan. Namun bagaimana bisa TV One “mengebon” Ali yang napi untuk acara eksklusifnya? Mungkin hanya Karni dan Gorries yang bisa menjawab. [pz/Islampos]

Post a Comment

Terimkasih anda telah Mendukung Keadilan dan Kebenaran

detik59.com hadir karena Jujur itu Wajib dan Bohong itu Dosa! Berjuang untuk keadilan dan kebenaran itu Wajib, Meninggalkan medan perang melawan tirani kebohongan adalah Haram!!!

Salam Sukses
ayi.okey@gmail.com CEO www.pesantrenbisnis.com

 
Top